Rabu, 25 Februari 2015

Tiga Fakta Unik Fungi

Apa yang ada di pikiran anda saat mendengar kata jamur? Beberapa jawaban yang sering muncul adalah dekomposer, sebagaimana banyak diajarkan di pelajaran biologi saat menempuh bangku sekolah. Jamur atau dikenal juga dengan fungi memang memiliki peran utama sebagai dekomposer dalam rantai makanan, tapi tahukah anda bahwa beberapa fakta lain dari jamur yang menarik untuk anda ketahui.

Jamur sebagai Makanan
Di Indonesia, jamur tiram dan kuping merupakan jenis jamur yang paling banyak di konsumsi. Selain nikmat, harga jamur cukup terjangkau dan mengandung banyak sekali nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Jamur kerap kali menjadi makanan yang cukup bergengsi, salah satunya jamur truffle.
Jamur truffle merupakan jamur primadona di bidang kuliner. Pemanfaatannya sangat beragam, mulai dimakan langsung , dijadikan truffle oil, atau vodka. Harga jamur ini sangat fantastis, bisa mencapai $2500/pound atau sekitar 25 juta rupiah.

Jamur sebagai daya Tarik Wisata

Jamur memiliki beragam bentuk dan warna yang sangat menarik. Salah satu jamur dengan bentuk yang atraktif adalah jamur “glow in the dark” (Mycena silvaeluscens.). Jamur ini jika dilihat pada malam hari akan mengeluarkan cahaya kehijauan yang sangat menarik. Cahayanya muncul disebabkan adanya kandungan fosfor dan proses-proses fisiologis pada jamur.

Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), wisata jamur “glowing in the dark” ditawarkan sebagai salah satu wisata minat khusus, terutama di resort cikaniki. Selain di TNGHS, terdapat informasi bahwa jamur ini juga bisa di temukan di TN.Gunung Rinjani, Gunung Meja Papua, Gunung Palung Kalbar, Gunung leuser Aceh, Gunung Kerinci Sumatra, dan Tanjung Puting Kalteng .

Jamur sebagai Penyokong Pertumbuhan Tanaman

Selain sebagai decomposer tanaman yang sudah mati, jamur memiliki peran yang sangat vital dalam pertumbuhan tanaman. Hampir 90% tanaman, memiliki interaksi dengan jamur selama hidupnya. Jenis interaksi antara tanaman dan jamur yang banyak dikenal adalah mikoriza.

Hifa jamur lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan akar tanaman, sehingga dapat membantu tanaman untuk menyerap air dan nutrisi lebih baik. Berbagai penelitian juga banyak mengemukakan bahwa mikoriza memberikan banyak manfaat pada tanaman antara lain meningkatkan penyerapan unsur hara pada tanaman, memberikan ketahanan tanaman pada kondisi kekeringan air, dan juga bisa mencegah berkembanganya penyakit pada tanaman.

Bicara tentang mikoriza sebagai penyubur tanaman, Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru telah melakukan berbagai penelitian terkait mikoriza pada tanaman pada jenis-jenis rawa gambut. Salah satu peneliti BPK Banjarbaru, Tri Wira Yuwati menuturkan bahwa sudah ada beberapa jenis yang sudah diteliti interaksinya dengan mikoriza antara lain pada Pulai rawa (Alstonia pneumatophora), Ramin (Gonystylus bancanus) Punak (Tetramerista glabra), Merapat (Combretocarpus rotundatus), Medang telur (Stemonurus scorpioides Becc.), Nyatoh (Palaquium sp.), Galam (Melaleuca cajuputi) , Jelutung (Dyera polyphylla), Kapur naga (Callophylum soullattri), Bintangur (Callophylum inophylum), dan Alau (Dacrydium becarii) . Lebih lanjut, Yuwati menuturkan bahwa mikoriza juga bisa berpotensi dalam mendukung kegiatan rehabilitasi hutan rawa gambut. (saf)

Referensi :

Artikel ini bisa juga dibaca di http://foreibanjarbaru.or.id/archives/1260. 

Kamis, 19 September 2013

Metode Analisis Sebaran Spora Endomikoriza di Tanah

Untuk melakukan analisis sebaran spora, cara utama yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penghhitungan spora. Untuk mendaparkan spora dari dalam tanah, gunakan metode pada postingan sebelumnya. Spora FAM ukurannya mikroskopis sehingga perlu teknik-teknik tertentu agar perhitungan spora lebih mudah dilakukan. Untuk melakukan penghitungan spora, tahapan kegiatannnya dalah sebagai berikut 
  •  Siapkan cawan petri dan tutupnya. Usahakan cawan petri yang digunakan adalah cawan petri dengan diameter kecil agar mudah melakukan pengamatan di bawah mikroskop stereo
  • Buatlah gambar petak-petak berukuran 1 x 1 cm di atas plastik dengan menggunakan spidol permanen. Lalu tempatkan plastik tersebut di bawah cawan petri
  •  Tandailah kotak-kotak yang sudah dibuat dengan nomer 1, 2, 3, 4, dst.
  •   Setelah cawan petri siap, masukkan spora dan mulailah penghitungan di bawah mikroskop Gunakan alat bantu jarum untuk menyebar spora,agar membantu penghitungan
  •  Hitung dari kotak no 1 dan seterusnya secara berurutan
  •  Tabulasi data penghitungan dan jumlahkan semuanya
  • Lakukan tahapan ini  pada semua sampel sehingga dapat dibandingkan kumlah spora pada titik mata angin yang berbeda dan pada kedalaman tanah yang berbeda. 

Senin, 01 Juli 2013

Mengenal Karakteristik Fungi Makroskopis

Negara tropis sangat melimpah keanekaragman flora dan faunanya, juga funginya. Nah, saat jalan-jalan ke hutan yuk coba lebih teliti mengamati fungi makroskopis yang kita jumpai. Dari bentuknya fungi makroskopis dibagi menjadi dua yakni Epigeous Fungi dan Hyopogeus Fungi. Apa makna istilah tersebut? ini dia :

(a) Epigeous Fungi adalah Fungi yang tubuh buahnya tumbuh di atas Tanah, yang umum dijumpai dengan stem dan cap yang lengkap.

(b) Hypogeous Fungi adalah fungi yang tumbuh di bawah permukaan Tanah. Fungi jenis ini biasanya hanya tampak cap nya saja.

Contoh  Epigeous fungi (Lokasi : Tsukuba Univ, Botanical Garden)


Schleroderma sp. , contoh Hypogeous fungi (lokasi Fakultas Kehutanan IPB)
Nah, jika menemukan fungi-fungi tersebut saat berjalan-jalan, amati lebih lanjut.  menarik sekali loh, dari berbagai jenis fungi, ternyata cap nya berbeda-beda.

Macam-macam cap makrofungi 

Macam-macam margin cap fungi 

Wah, dari capnya saja ternyata banyak jenisnya ya? belum lagi dari stem dan bagian-bagian lainnya. Nah, setelah mengetahui ini, pastikan lebih sadar jika berjalan di hutan. Ingat, fungi tidak boleh diinjak. Nah, satu pertanyaan nih, apa jenis cap fungi pada gambar di bawah ini :

 
Selamat bereksplorasi  :)




Selasa, 19 Maret 2013

Metode Pembuatan Hoagland Agar

Cairan Hoagland (Hoagland Solution) adalah salah satu cairan yang terkenal bisa digunakan hidroponik sebagai media pertumnuhan tanaman. Dinamakan hoagland karena penemunya adalah Hoagland dan Snyder (1933) . Larutan ini bisa digunakan sebagai media pertumbuhan karena di dalam cairan ini disediakan berbagai nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh. 

Banyak yang membuat larutan ini sebagai media hidroponik untuk tanaman, tapi untuk keperluan tertentu misalnya untuk skala laboratorium, seringkali hoagland ini dibuat dalam bentuk agar. Pada kali ini, saya akan menggunakan Hoagland agar sebagai media untuk menyemai benih tanaman. 

bahan-bahan untuk membuat Hoagland agar 


Untuk membuat hoagland agar sebanyak 300 ml, bahan-bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Ca(NO3)2.4H2O  (0.0885 gram) 
2. MgSO4.7H2O      (0.0369 gram) 
3 .KH2PO4              (0.0102 gram) 
4. KNO3                 ( 0.037875 gram) 
5. Agar                    ( 6 gram) 
6. Air Suling             300 ml 

Setelah semua bahan ditakar, masukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan autoklaf selama 20 menit pada suhu 121 derajat celcius. 

Setelah itu, pindahkan ke petri dish dengan takaran kurang lebih 10 ml per petri dish. Proses ini dilakukan di bawah laminar air flow. 
 

Rabu, 27 Februari 2013

Metode Pembuatan Media Malt Agar untuk Kultur Fungi Endofit


Malt Agar adalah salah satu media umum yang digunakan dalam dunia mikrobiologi. Di banyak jurnal dan referensi, untuk jamur endofit media yang umum digunakan adalah Malt Agar. Selain mudah, media ini dinilai para peneliti paling efektif.

Untuk mengisolasi jamur endofit akara atau daun, rekan-rekan di Lab. Plant-Chemical Interaction Univ. of Tsukuba, Japan  tempat saya belajar sekarang menggunakan MA 1 % . Untuk membuat MA 1 % dengan takaran 400 ml ini bahan-bahan yang diperlukan adalah :
1. Malt Extract (4 g)
2. Agar (8g)
3. Air Suling (400 ml)

Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut :
1. Masukkan malt agar yang sudah ditimbang ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan air suling
3. Larutkan malt agar dengan menggunakan stirer. Di lab ini pengaduknya adalah ultrasonic cleaner. Bisa juga dipakai jika ada 

4. Masukkan agar ke dalam larutan malt dan aduk-aduk Erlenmeyer
5. Untuk menjaga kesterilannya, usap ujung tabung Erlenmeyer dengan alkohol
6. Tutup dengan aluminum foil di ujungnya  sebanyak 2 lapisan
7. Masukkan ke autoklaf dengan suhu 121⁰C dalam waktu 20 menit

Media siap digunakan.

Tuang media ke dalam petri dish yang sudah disterilkan. Untuk takaran biasa yang digunakan 1 petri dish jumlah media yang digunakan adalah 10 ml. Jadi untuk 400 ml, akan bisa digunakan untuk 40 petri dish. Pemindahan ini dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF). Gunakan pula pipet yang steril. Setelah media mengeras, media bisa dibungkus denga plastik wrap dan disimpan untuk penggunaan selanjutnya. 

Rabu, 26 Desember 2012

Metode Sterilisasi Permukaan untuk Mendapatkan Root Fungal Endofit


Untuk dapat mengisolasi fungal endophyt dari akar, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi permukaan akar. Banyak metode yang dipakai dalam melakukan sterilisasi permukaan ini. Dari beberapa jurnal yang ada, beberapa peneliti menggunakan Sodium Hypercloride untuk steralisasi permukaan. Dari yang saya pelajarin di sini, Sodium Hypercloride tidak digunakan karena dianggap lebih tepat digunakan saat mengisolasi pathogen akar.

Metode yang digunakan untuk sterilisasi permukaan adalah sebagai berikut :

1.  Bersihkan akar target yang akan diisolasi dengan air mengalir hingga semua tanah tidak menempel di  akar. Terakhir cuci akar dengan air suling.

2. Rendam akar di dalam ethanol  70 % selama 1 menit

3. Rendam akar di dalam 15% H2O2  selama 4 menit

4. Rendam  akar dalam ethanol 70% selama 1 menit

5. Rendam akar di dalam air steril selama 5 menit

6. Rendam kembali akar di dalam air steril selama 5 menit.

Setelah semua tahapan dilakukan letakkan akar di atas kertas steril untuk menghilangkan air berlebih.  Seluruh tahapan tersebut kecuali tahapan pertama dilakukan di dalam Laminar Air Flow. Setelah semua tahap dilakukan sample akar bisa dibagi menjadi segmen-segmen dan dipindahkan ke media isolasi.

Minggu, 15 Juli 2012

Prosedur Isolasi Spora Fungi Mikoriza Arbuskula dari Tanah


Sebelum dilakukan isolasi, tahap pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan eksplorasi. Eksplorasi dilakukan dengan mengambil sampel tanah yang diyakini merupakan daerah produksi spora  berdasarkan informasi  nara sumber terpercaya atau literatur sesuai dengan tujuan penelitian. Tanah selanjutnya bisa disimpan ke dalam lemari pendingin. Adapun alat yang dibutuhkan pada tahap isolasi spora ini adalah Saringan bertingkat, cawan petri, lemari pendingin, label, alat tulis, timbangan, sentrifuge, glukosa, gelas piala, stirer.

Dalam melakukan tahapan isolasi spora FAM pada praktikum kali ini menggunakan sampel tanah yang sudah disimpan di Lemari pendingin . Tanah yang ada di lemari pendingin tersebut dikeluarkan. Jika tanah beku angin-anginkan terlebih dahulu agar bisa digunakan. Setelah itu, untuk isolasi spora tahapan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :


1.      Tanah ditimbang sebanyak ± 50 g untuk setiap sampel


2.    Tanah yang sudah ditimbang selanjutnya dimasukkan  ke dalam gelas piala yang sudah diisi  dengan air dengan ukuran setengah tinggi gelas piala


3.     Aduk-aduk tanah hingga homogen. Tunggu beberapa detik agar partikel tanah yan besar sedikit mengendap, lalu tuang supernatan dari larutan ke dalam saringan bertingkat. Untuk membantu mempercepat proses, lakukan tahapan ini di bawah air mengalir. Pada praktikum ini, saringan bertingkat yang digunakan adalah sebanyak dua saringan dengan ukuran 125 µm dan 63 µm. Hasil saringan tersebut, kemudian masukkan lagi ke gelas piala dan lakukan tahapan yang sama hingga berulang-ulang pada masing-masing sampel


4.     Untuk mempermudah pemisahan spora dengan tanah, lakukan sentrifuge dengan bantuan larutan sukrosa 60%. Untuk melakukan sentrifuge, masukkan hasil dari saringan bertingkat ke dalam tube dan tambahakan glukosa. Selanjutnya sentrifuge selama 30 – 60 detik.


5.  Hasil sentrifuge selanjutnya diambil supernatannya saja (bagian atas larutan) dan dituangkan kembali ke dalam saringan bertingkat dengan ukuran paling kecil (63 µm), aliri dengan air. Penyiraman dengan air harus dilakukan segera untuk mencegah adanya pengaruh glukosa terhadap spora


6.    Hasil saringan selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah diberi sedikit air untuk dilakukan proses analisis atau tahapan praktikum selanjutnya


7.       Jika tahapan selanjutnya tidak dilakukan saat itu juga, cawan petri yang berisi spora dapat disimpan di lemari pendingin.


8.       Pemberian label dalam selurih tahapan ini adalah mutlak


Serangkaian tahpan tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :