Rabu, 26 Desember 2012

Metode Sterilisasi Permukaan untuk Mendapatkan Root Fungal Endofit


Untuk dapat mengisolasi fungal endophyt dari akar, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi permukaan akar. Banyak metode yang dipakai dalam melakukan sterilisasi permukaan ini. Dari beberapa jurnal yang ada, beberapa peneliti menggunakan Sodium Hypercloride untuk steralisasi permukaan. Dari yang saya pelajarin di sini, Sodium Hypercloride tidak digunakan karena dianggap lebih tepat digunakan saat mengisolasi pathogen akar.

Metode yang digunakan untuk sterilisasi permukaan adalah sebagai berikut :

1.  Bersihkan akar target yang akan diisolasi dengan air mengalir hingga semua tanah tidak menempel di  akar. Terakhir cuci akar dengan air suling.

2. Rendam akar di dalam ethanol  70 % selama 1 menit

3. Rendam akar di dalam 15% H2O2  selama 4 menit

4. Rendam  akar dalam ethanol 70% selama 1 menit

5. Rendam akar di dalam air steril selama 5 menit

6. Rendam kembali akar di dalam air steril selama 5 menit.

Setelah semua tahapan dilakukan letakkan akar di atas kertas steril untuk menghilangkan air berlebih.  Seluruh tahapan tersebut kecuali tahapan pertama dilakukan di dalam Laminar Air Flow. Setelah semua tahap dilakukan sample akar bisa dibagi menjadi segmen-segmen dan dipindahkan ke media isolasi.

Minggu, 15 Juli 2012

Prosedur Isolasi Spora Fungi Mikoriza Arbuskula dari Tanah


Sebelum dilakukan isolasi, tahap pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan eksplorasi. Eksplorasi dilakukan dengan mengambil sampel tanah yang diyakini merupakan daerah produksi spora  berdasarkan informasi  nara sumber terpercaya atau literatur sesuai dengan tujuan penelitian. Tanah selanjutnya bisa disimpan ke dalam lemari pendingin. Adapun alat yang dibutuhkan pada tahap isolasi spora ini adalah Saringan bertingkat, cawan petri, lemari pendingin, label, alat tulis, timbangan, sentrifuge, glukosa, gelas piala, stirer.

Dalam melakukan tahapan isolasi spora FAM pada praktikum kali ini menggunakan sampel tanah yang sudah disimpan di Lemari pendingin . Tanah yang ada di lemari pendingin tersebut dikeluarkan. Jika tanah beku angin-anginkan terlebih dahulu agar bisa digunakan. Setelah itu, untuk isolasi spora tahapan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :


1.      Tanah ditimbang sebanyak ± 50 g untuk setiap sampel


2.    Tanah yang sudah ditimbang selanjutnya dimasukkan  ke dalam gelas piala yang sudah diisi  dengan air dengan ukuran setengah tinggi gelas piala


3.     Aduk-aduk tanah hingga homogen. Tunggu beberapa detik agar partikel tanah yan besar sedikit mengendap, lalu tuang supernatan dari larutan ke dalam saringan bertingkat. Untuk membantu mempercepat proses, lakukan tahapan ini di bawah air mengalir. Pada praktikum ini, saringan bertingkat yang digunakan adalah sebanyak dua saringan dengan ukuran 125 µm dan 63 µm. Hasil saringan tersebut, kemudian masukkan lagi ke gelas piala dan lakukan tahapan yang sama hingga berulang-ulang pada masing-masing sampel


4.     Untuk mempermudah pemisahan spora dengan tanah, lakukan sentrifuge dengan bantuan larutan sukrosa 60%. Untuk melakukan sentrifuge, masukkan hasil dari saringan bertingkat ke dalam tube dan tambahakan glukosa. Selanjutnya sentrifuge selama 30 – 60 detik.


5.  Hasil sentrifuge selanjutnya diambil supernatannya saja (bagian atas larutan) dan dituangkan kembali ke dalam saringan bertingkat dengan ukuran paling kecil (63 µm), aliri dengan air. Penyiraman dengan air harus dilakukan segera untuk mencegah adanya pengaruh glukosa terhadap spora


6.    Hasil saringan selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah diberi sedikit air untuk dilakukan proses analisis atau tahapan praktikum selanjutnya


7.       Jika tahapan selanjutnya tidak dilakukan saat itu juga, cawan petri yang berisi spora dapat disimpan di lemari pendingin.


8.       Pemberian label dalam selurih tahapan ini adalah mutlak


Serangkaian tahpan tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :



Senin, 06 Februari 2012

Mengenal Sedikit : Hutan Rakyat Sengon

Pada saat saya mudik dari bangil-bogor, saya memilih untuk menggunakan kereta api ekonomi. sepanjang perjalanan, tepatnya masih di sekitar daerah Jawa Timur yakni Malang, Madiun dan sekitarnya saya melihat banyak sekali lahan-lahan yang ditanami dengan beberapa tanaman kehutanan antara lain senon, jabon, dan tentu saja jati. tapi dari tiga jenis yang saya sebutkan jenis sengon-lah yang paling mendominasi. 

Hal ini tentu saja sangat mengesankan untuk saya yang sudah lama bergelut dengan dunia kehutanan. ternyata, bisnis di seputaran dunia kehutanan masih sangat menjajikan. apalagi jika kita melihat berbagai manfaat bisnis di bidang kehutanan, selain menghasilkan rupiah juga bisa sebagai salah satu sarana ameliorasi lingkungan. dalam satu sisi lain, orang membeli tanah bukan untuk membangun rumah, tapi menanam pohon yang akan menghasilkan oksisgen!. 

Nah, artikel ini saya buat sebagai sarana belajar dan siapa tahu ada manfaatnya untuk anda yang ingin sedikit tahu tentang seluk beluk usaha hutan rakyat dengan kayu sengon. 

Sejarah Sengon di Indonesia

Sengon sebetulnya mer upakan spesies asli dari Indonesia Timur (Maluku dan Irian Jaya). Pada sekitar tahun 1870-an, senn dibawa ke Jawa, tepatnya di Kebun Raya Bogor dan akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia pada akhirnya. 


Pada awalnya sengon hanya dijadikan kayu bakar dan peneduh. seiring denganmenipisnya cadangan kayu, sengon yang memiliki pertumbuhan yang cepat mulai dilirik sebagai kayu Industri yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. 

Prospek Hutan Rakyat Sengon

Sengon merupakan primadona untuk bisnis kehutanan yang dilakukan skala masyarakat. Beberapa alasan mengapa sengon dijadikan primadona adalah sebagai berikut :
1. Masa tebang relatif pendek, yakni 5-7 tahun
2. Pengelolaan relatif murah
3. Persyaratan tempat tumbuh tidak rumit
4. Kayuanya multifungsi
5. Permintaan pasar terus meningkat
6. Dapat meningkatkan kualitas lahan dan menyuburkan tanah serta memperbaiki kualitas lingkungan. 

Penanaman sengon skla kecil, sudah banyak dilakukan oleh masayarakat, terutama di Pulau Jawa. Terlebih lagi dengan banyaknya bantuan dari emerintah yang mendukung penenaman sengon oleh masyarakat. kayu sengon umumnya dimanfaatkan sebagai kotak kayu yang diekspor ke berbagai negara, sebagai kayu pertukangan, dan lain-lain. 

Harga sengon juga cukup bersaing, dan pastinya akan menguntungkan petaninya. tahun 1992, harga kayu sengon di pasaran bebas adalah Rp. 60.000/m3. Pada tahun 2009, harga jual sengon tentu saja meningkat, yakni kurang lebih Rp. 1.000.000 -1.200.000/ m3. jika perbatang kurang lebih Rp. 500.000 /batang. 

Jika dalam satu hekter terdapat kurang lebih 3000 batang sengon, anda bisa kalkulasi berapa kira-kira keuntungan anda. 

hmmm, artikel ini cukup di sini saja. pada artikel selanjutnya, Insyaallah akan dibahas lebih lanjut tentang seluk beluk sengon dari segi silvikultur, hama, dan lainnya.

Minggu, 29 Januari 2012

Catatan Suksesi Hidrosere


Setelah pada postingan sebelumnya, saya membagikan hasil studi literatur saya terkait suksesi primer xeroxere yang terjadi di Gunung Krakatau, pada kesempatan ini saya akan membagikan hasil studi literatur saya terkait suksesi primer hidrosere. jika suksesi xeroxere terjadi  pada habitat kering, maka sebaliknya suksesi ini dimulai pada habitat yang basah.


Pada suksesi ini, beberapa tahapan yang khas yakni : pembentukan endapan, meninggikan tanah endapan lebih dari permukaan air, dan menurunkan tinggi muka air tanah untuk menciptakan habitat selain di darat. Tumbuhan perintis pada suksesi jenis ini adalah jenis tumbuhna air yang tumbuh pada lumpur misalnya Ceratophylum.

Lalu tumbuhan perintis ini akan mati dan tertimbun sehingga meninggikan permukaan dan muncullah daun yang menutupi tanaman sebelumnya. Jenis yang muncul selanjutnya yakni Lemma, Azolla, dan Thypa. Dengan demikina suksesi terjadi dari daerah yang basah menjadi daerah yang relative kering.

Contoh suksesi Hidrosere yang tercatat yakni Suksesi di Danau Gatun pada terusan Panama yang dicatat oleh Koneyer (1929), yakni ssbb:

Tahap Suksesi di Danau Gatun