Minggu, 04 September 2011

HUBUNGAN SEBAB AKIBAT FAKTOR PENGGANGGU HUTAN


PENDAHULUAN
Kegiatan perlindungan hutan, pada dasaranya adalah sebuah upaya untuk mencegah dan menanagani gangguan hutan. Gangguan hutan sendiri bisa diklasifikasikan menjadi dua faktor yakni faktor fisik dan faktor biotik. Faktor fisik meliputi hal-hal seperti angin, air, kekeringan, petir, vulkanisme, dan sebagainya. Faktor-faktor biologis meliputi pengaruh yang disebabkan oleh jasad-jasad hidup yakni manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Di samping kedua faktor itu, faktor manusia, ternnak, api, air banjir) yang menyebabkan gangguan hutan dipicu juga oleh sebab sosial.
Pada dasarnya, gangguan-gangguan hutan yang telah disebutkan memiliki hubungan sebab-akibat antara satu dengan yang lain. Hubungan itu bisa dilihat pada gambar di bawah ini:

        

                                 Gambar 1. Hubungan Faktor –faktor Penyebab Gangguan Hutan
Dari gambar di atas, tampak bahwa satu faktor penyebab gangguan hutan bisa menjadi sebab gangguan hutan yang lain yang pada akhirnya terjadi hubungan yang saling terkait. Pada makalah ini akan dibahas hubungan keterkaitan antara kebakaran hutan, hama, dan penyakit studi kasus pada Hutan Konifer di Amerika dan Kanada. 

INTERAKSI ANTARA API-SERANGGA DAN API-PATOGEN
Hubungan antara ketiga komponen pokok yang merupakan faktor dominan penyebab gangguan hutan yakni api, serangga, dan patogen dilakukan di Amerika dan Kanada pada hutan Konifer. Meskipun dilakukan spesifik di salah satu tempat, di-klaim bahwa penelitian mengenai interaksi antara api, serangga, dan patogen ini bisa mewakili hubungan yang sama pada jenis hutan yang lain. 

Banyak studi yang sebelumnya menjelaskan bahwa ada hubungan dua arah antara api dan hama, atau tentang api dan penyakit. Setelah kebakaran pada umumnya dijumpai banyak luka pada tanaman, luka pada tanaman tersebut selanjutnya memicu timbulnya hama dan penyakit. Sebaliknya, tanaman yang terinfeksi penyakit, atau terserang hama pada saat terjadinya kebakaran hutan lebih rentan terhadap kematian jika dibandingkan dengan tanaman yang sehat (Harrington & Hawksworth, 1990 ; Conklin & Amstrong, 2001 dalam Parker et.al 2006). 

Di Indonesia keterkaitan hubungan antara dua faktor penyebab gangguan hutan yakni kebakaran dan penyakit pernah Sugeng Eliandi (1996) yang melakukan studi di Unit III kelompok Hutan Subanjerji PT. Musi Hutan Persada, Sumatra Selatan. Diketahui bahwa tegakan yang mengalami kebakaran lebih rentan terkena penyakit. Persentase pohon yang terkena penyakit pada areal bekas kebakaran lebih tinggi yakni 12.44% lebih tinggi jika dibandingkan dengan pohon pada areal tidak terbakar (4.58%).
Dari penelitian Parker et.al (2006) hubungan dua arah antara serangga dan api, maupun penyakit dan api secara lebih terperinci sebagaai berikut :
a.       Api mendorong infeksi patogen,
dalam hal ini api melukai tanaman dan membuka jalan masuknya patogen. Hali ini terbukti dengan studi yang dilakukan oleh Littke & Gara (1986) bahwa pada tanaman yang terkena penyakit akibat kebakaran hutan, 70% terinfeksi pada bagian tanaman yang terluka pada saat kebakaran

b.      Penyakit hutan mendukung terjadinya kebakaran hutan,
yang dimaksud di sini bahwa penyakit hutan yang menyebabkan banyak pohon mati merupakan sumbangsih bahan bakar yang semakin mendorong terjadinya kebakaran hutan. Selain menyediakan bahan bakar potensial dalam proses kebakaran, pohon yang mati atau tumbang tersebut merupakan suatu sarana yang merupakan penghubung permukaaan hutan dan kanopi yang pada akhirnya mendorong terjadinya kebakaran tajuk

c.       Kebakaran dan dwarf mistletoe.
Kebakaran memacu meningkatnya dwarft mistletoe pada area hutan. Dwarft mistletoe sendiri merupakan bahan bakar potensial dalam kebakaran hutan karena tanaman tersebut mengandung resin.
d.      Kebakaran mengundang serangan hama.
Tanaman yang mati akibat kebakaran biasanya dikerumuni oleh serangga (Hymenoptera : Siridicidae) atau Cerambycidae, Buprestidae (penggerek) yang berkontribusi terhadap ledakan hama. Keberadaan serangga-serangga yang hidup pada tanaman yang mati akibat kebakaran hutan ini berakibat buruk pada tanaman yang tidak mati tetapi tanaman sisa dari peristiwa kebakaran hutan. Tanaman sisa kebakaran tersebut pada akhirnya mati oleh serangan hama. Serangga juga dijumpai menyerang pohon Jeffery Pine di California pada areal kebakaran sebesar 22.9%, sedangkan pada areal yang tidak pernha terjadi kebakaran serangan hama adalah 0%.
e.       Api dan biodiversitas serangga.
Studi yang dilakuakn oleh Lightfoot (1996) dalam Parker et al. (2006) menyebutkan bahwa kebakaran meningkatkan populasi Antrhropoda seiring dengan berkembanganya vegetasi pasca kebakaran yang diikuti pula oleh perubahan komunitas serangga itu sendiri. Biodiversitas serangga semakin meningkat pasca kebakaran meskipun jumah populasi menurun yang diperkirakan karena meningkatanya kematian tempat bersarang spesies serangga tersebut.

INTERAKSI ANTARA API, SERANGGA, DAN PATOGEN
Setelah mempelajari adanya interaksi dua arah antara Api-Serangga dan Api-Patogen, Parker et.al (2006) juga mempelajari interaksi tiga arah antara api, serangga, dan patogen. Interaksi tersebut antara lain sebagai berikut :
a.      Api, Patogen, dan Serangga
Stusi yang dilakukan Parker et al. (2006) terhadap Pinus contorta  menunjukkan bahwa pohon tersebut cukup rentan terhadap kerusakan akibat kebakaran hutan yang kemudian diikuti oleh serangan patogen (Leptographium spp. dan Paceliomyces spp.) dan  yang meningkatkan kecenderungan terserang serangga (Dendroctonus panderosae). Diketahu serangga lebih banyak menyerang pohon yang terserang penyakit dibanding pohon yang tidak terserang penyakit. Selanjutnya kematian pohon tersebut berpotensi menambah bahan bakar pada peristiwa kebakaran hutan

b.      Dwarft Misltletoe, Serangga, dan Api
Pinus Panderosa yang memiliki pertahana lemah terhadap infeksi Dwarft Mistletoe, cenderung lebih rentan terhadap serangan hama yang pada akhirnya memicu kematian tumbuhan dan berpotensi menjadi bahan bakar pada peristiwa kebakaran hutan.

c.       Insect sebagai vector patogen setelah kebakaran
Serangga berperan dalam penyebaran patogen (penyebarannya melalui serangga) kepada tanaman yang stress akibat kebakaran. Dari penelitian Piirto et al. (1998) diketahui bahwa fungi jenis Trittrachium sp. Serangga juga bisa menyebarkan spora dari fungi yang menyebabkan penyakit akar kepada pohon-pohon yang stress akibat kebakaran.
Selain interaksi yang telah disebutkan di atas terdapat pula dampak kebakaran terhadap organism tanah sangat tergantung pada intensitas dan lama kebakaran. Kebakaran yang lama dengan bahan bakar yang banyak memberikan dampak yang sangat besar terhadap oraganisme tanah karena adanya perpindahan panas dengan jumlah besar ke lantai hutan. Hal ini menyebabkan banyak organism tanah terbakar serta berkurangnya nutrient dalam tanah. Sebaliknya, kebakaran dengan intensitas yang rendah justru meningkatkan ketersediaan nutrisi dalam tanah serta peningkatan kekebalan pohon terhadap patogen dan serangga.  

KESIMPULAN
Perlindungan hutan adalah suatau upaya untuk mencegah dan mengendalikan gangguan-gangguan hutan. Gangguan-gangguan tersebut bisa berupa biotic dan abiotik. Terdapat hubungan antara faktor-faktor penyebab gangguan hutan, antara lain yakni api-serangga, dan patogen. Interaksi tersebut bisa merupakan interaksi dua arah dan juga merupakan interaksi tiga arah antara api, serangga, dan patogen.




DAFTAR PUSTAKA
Eliandy, S. 1996. Kerusakan Akibat Penyakit pada Tegakan Acacia mangium Wild di Area Bekas Kebakaran Hutan (Studi Kasus di Unit III Kelopmpok Hutan Subanjeriji PT. Musi Hutan Oersada Sumatera Selatan) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Parker, Thomas J; Clancy, Karen M, Mathiasen, RL. 2006. Interaction Among Fire, Insect and Patogen in Coniferous Forest of the Interior Western United States and Canada. Journal Compilation: Agricultiral and Forest Enthomology (167-189). The Royal Enthomological Society.
Sila, Mappatoba dan Nuraeni, Sitti. 2009. Buku Ajar Perlindungan dan Pengamanan Hutan.     Makasar       :Fakultas Kehutanan Universitas Hasanudiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar